Aku Terlahir Dari Akal, Bukan Rahim !!!




Aku Terlahir Dari Akal, Bukan Rahim !!!

ijinkan aku bercerita sedikit tentang Diriku ......
Aku tidak pernah mengenal Ibu dan ayahku Sejak aku bisa mengingat masa kecilku.

ingatan Kolektif-ku tidak Sampai sejauh Itu Untuk mengingat satu sosok yang harusnya paling dekat dengan aku..
aku tidak tahu nama mereka, warna rambut mereka, bagaimana mereka tersenyum atau bahkan hanya sekedar rasa sakitnya dijewer atau dicubit ketika aku nakal .......

yang aku ingat tentang masa kecilku hanya ruangan panjang dengan ranjang-ranjang tua yang berjejer berderetan, tempat aku dan puluhan anak yang senasib denganku menghabiskan bertahun-tahun masa kecil kami ....

Tunas Melati. satu tempat yang selalu kuingat, dimana aku pernah menghabiskan setengah dari umurku disana. tidak ada yang buruk dari tempat itu, apalagi untuk ukuran anak seperti aku yang bahkan sudah mendapatkan tempat berteduh dari hujan saja sudah sangat beruntung! aku mendapatkan makanan yang boleh dibilang cukup, pendidikan dasar dan disiplin layaknya panti-panti lainnya, sayangnya jiwa pembangkangku terlalu kuat, selalu saja ada alasan bagiku untuk berontak dari segala kebaikan mereka tiap hari!! bodoh memang ....

umur 10 tahun aku lari dari panti dengan hanya berbekalkan pakaian yang menempel ditubuhku dan segumpal kemarahan !! kemarahan pada dunia, kemarahan pada nasibku dan kemarahan pada Tuhan (walau aku tidak tahu tuhan itu ada atau tidak saat itu).

aku di Umur 10 tahun adalah aku sebagai anak jalanan. berjuang untuk sekedar bertahan hidup di sela-sela kota Bandung, tidur beralaskan kardus bekas mie Instan dan berselimut kain blacu bekas spanduk yang aku ambil dari reklame-reklame yang banyak bertebaran di pinggiran jalan.

entah kenapa saat itu aku merasakan perasaan yang sangat nyaman ketika aku bebas berlarian di antara rantaian mobil di perempatan jalan, nyaman ketika aku terlelap diantara derapan kaki orang-orang yang berjalan ditrotoar pertokoan, nyaman ketika aku melakukan semua hal yang aku inginkan, tanpa aturan, tanpa paksaan dan tanpa orang-orang yang selalu memerintah, nyaman ketika aku merasa bebas.

hampir 5 tahun aku bergelut dengan kerasnya aspal jalan, mencari makan dengan bernyanyi seadanya di perempatan-perempatan jalan atau terkadang hanya meminta-minta ketika badan sudah tidak kuat lagi untuk sekedar bernyanyi dan menghentakan "kecrek". sampai suatu saat ketika umurku hampir 15 tahun waktu itu, aku dipertemukan dengan sosok ini, seorang wanita paruh baya dengan raut muka yang tegas tetapi tampak begitu ramah. aku memanggil wanita itu "Ibu Wid".

mungkin memang tuhan juga yang mempertemukan aku dengan Ibu Wid. Aku ingat waktu itu ketika aku terlalu lelah untuk berjalan kembali ke tempat dimana aku biasa membaringkan badanku di malam hari, akhirnya aku duduk bersandar di sebuah jongko reyot di pinggiran jalan Gatot Subroto bandung, sampai akhirnya aku tertidur malam itu, tanpa alas dan tanpa selimut di antara udara malam yang dingin. betapa terkejutnya aku ketika terbangun, sudah ramai orang disekelilingku walau hari masih terlihat gelap. posisi tidurku sudah berpindah di atas tikar kecil dibelakang seorang wanita penjual serabi, aku mendengar mereka memanggilnya "bu Wid" ketika mereka menyapanya. tidak ada satu orang pun yang bertanya pada "bu wid" tentang aku yang tertidur di jongkonya, atau bahkan memperdulikan aku yang "pura-pura tidur" dibelakannya.

tapi, selepas para pembeli mulai sepi "bu Wid" menyapaku dengan ramahnya, dia tahu aku sudah terbangun dan hanya "merem ayam", Bu Wid menyodorkan sebuah kue serabi ke hadapanku sambil tersenyum, dan tanpa basa-basi aku langsung melahap habis.

sejak saat itulah, setiap malam aku selalu kembali ke jongkonya dan tertidur sejenak sampai Bu Wid datang dan memulai aktivitasnya. kebiasaan itu terus berulang setiap malam hampir satu bulan lamanya. sampai pada akhirnya beliau menawarkan aku untuk membantunya berjualan dan mendapatkan sedikit upah atas kerjaku. dan sejak saaat itu mulailah karierku sebagai Asisten tukang serabi ^_^

aku mulai dekat dengan sosok "ibu Wid" , dia banyak bertanya tentang aku dan kehidupanku, yang memang tak banyak yang bisa aku ceritakan hanya sedikit kehidupan ketika aku di panti asuhan dan lembaran-lembaran hari yang keras ketika aku hidup di jalanan. kita banyak bertukar cerita, aku menyukainya karena beliau bercerita lebih seperti teman bukan seperti orang tua yang menyombongkan ribuan pengalaman hidupnya atau seperti majikan yang berbicara terhadap anak buahnya. beliau banyak bercerita tentang hidupnya dan bagaimana dia berjuang melewati hari dan bertahan hidup setelah suami dan dua orang anaknya meninggal dalam suatu kecelakan.

pada suatu hari ketika aku duduk di depan tungku serabi sambil meniup sebilah bambu untuk menjaga apinya tetap menyala, Bu Wid menepuk pundakku dan berbicara padaku dengan lembut " mulai hari ini kamu ikut sama ibu pulang, kamu tidur di rumah ibu saja !!" . betapa terkejutnya aku saat mendengar ajakan beliau, aku yang sudah diberikan ijin tidur diatas tikar berselimutkan kain di dalam jongkonya saja sudah sangat beruntung rasanya, kini beliau dengan yakinnya mengajaku tinggal dirumahnya!! . aku... aku yang seorang anak jalanan, aku yang dengan penampilan sangat kucel, dekil dan bau, aku yang bahkan tidak punya sopan santun untuk mengucapkan terima kasih atas segala kebaikannya, aku seorang anak antah berantah...???

.........................................................................................................................................................
kini aku tahu tuhan itu ada
Tuhan dengan segala takdirnya
Tuhan dengan semua misterinya
Tuhan dengan segala rasa sayangnya

aku adalah anak Tuhan
dan dengan tanganNya lah aku diciptakan
dan dengan ijinNYa lah aku diberikan akal
aku terlahir dari akal, bukan dari rahim .

0 komentar: